Dalam mata kuliah
manajemen pemasaran beberapa waktu lalu, mahasiswa yang mengikuti kelas tersebut diberikan beberapa tugas, yang salah
satunya meminta kepada mahasiswa yang bersangkutan untuk menjelaskan dampak
dari salah satu komponen lingkungan makro terhadap dirinya. Pada kesempatan
kali ini saya memilih untuk menjelaskan dampak dari pengaruh lingkungan
demografis sebagai salah satu dari komponen lingkungan makro terhadap diri saya
pribadi, karena menurut saya hal ini lah yang memberikani proporsi yang cukup
besar terhadap perkembangan diri saya.
Menurut beberapa ahli,
pemahaman terhadap kondisi diri sendiri
atas beberapa perbedaan yang sangat manusiawi tentunya dapat membantu
menghantarkan diri kita pada satu tingkat kebijaksanaan. Jika Andrea Hirata
dalam salah satu novelnya menyinggung salah satu teori Einstein tentang relativias,
yang dapat dianalogikan pada hidup yang berjalan seperti gerbong kereta diatas
relnya, yang digempur oleh pengalaman-pengalaman yang diumpamakan sebagai
cahaya yang melesat-lesat. Analogi eksperimen tersebut tidak lain karena
kecepatan cahaya bersifat sama dan absolut, sedangkan waktu relatif, tergantung
dengan kecepatan gerbong. Maka, pengalaman yang sama dapat menimpa siapa saja,
namun sejauh mana, dan secepat apa pengalaman yang sama tadi memberi pelajaran
pada seseorang, hasilnya akan berbeda, relatif satu sama lain.
Sejak dulu saya suka
mengamati kehidupan dan orang-orang didalamnya, hal tersebut sangat menarik
bagi saya pribadi, sehingga hal ini terkadang membuat saya sering memproduksi
berbagai teori pribadi yang tetap menjadi privasi saya atas keadaan seseorang. Dalam
kasus yang saya alami, adalah umum jika keadaan pasca bangku sekolah sering
menyebabkan goncangan psikologi pada banyak orang. Menurut saya terdapat lima
peran yang dijalani oleh teman-teman saya dan remaja pada umumnya pasca bangku
sekolah. Pertama adalah mereka yang belum siap menghadapi keadaan tersebut mereka
bingung terhadap langkah yang akan diambil, karena sebelumnya terlalu terlena
oleh rutinitas non-produktif semasa sekolah, sehingga hal tersebut malah
membumerang bagi kelangsungan hidup mereka, menyebabkan mereka menjadi
pengangguran yang setiap harinya hidup dengan digerogoti keputusasaan dan
pesimisme menatap masa depan. Kedua adalah mereka yang kebanyakan kembali
mengikuti jalan yang dianut oleh orangtuanya, meski sebagian tanpa keahlian
khusus yang dimiliki, mulai dari petani dan pedagang kecil, pekerja serabutan
hingga kuli bangunan. ketiga adalah mereka yang mendapatkan pekerjaan dengan
tingkat UMR yang wajar atau agak mendekatinya–lah. Mereka adalah teman-temanku
yang bekerja menjadi pegawai honorer, serta bekerja pada industri-industri di kota-kota
besar atau ibukota provinsi, seperti di palembang. Keempat adalah beberapa orang
cukup beruntung (yang termasuk aku didalamnya), karena orangtuanya memiliki persiapan
untuk masa depan anak-anaknya dengan memilih untuk melanjutkan mereka ke Perguruan
Tinggi Negeri ataupun Swasta (meskipun itu pas-pasan). Kelima
adalah teman-temanku yang mendapatkan peran superior, dengan status sosial yang
dijanjikan secara instan. Hanya saja upaya yang dilakukan orangtua mereka agak lebih ekstrim,
dibutuhkan dongkrak dengan nilai nominal yang cukup besar untuk mendapatkan
peran yang satu ini. Dengan kesamaan pandangan antara orangtua dan anak, bahwa
memasukkan anaknya ke institusi pemerintah, seperti Pegawai Negeri Sipil, serta Akademi
kepolisian dan Militer merupakan investasi yang sangat menjamin.
Saya sangat menyukai
peran baru ini, sebagai seorang mahasiswa pada lingkungan baru yang didalamnya
terdapat orang-orang dengan komposisi
berbeda, baik berupa sifat dan prilaku yang sangat beragam, berasal dari
berbagai daerah serta suku yang berbeda. Semenjak menjadi mahasiswa, pola hidup
saya pun mengalami banyak perubahan, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Terdapat
dua lingkungan yang menurut saya sangat menarik untuk diamati dikarenakan
lingkungan tersebut memberikan banyak sekali pembelajaran dan pengalaman bagi
saya. Kedua lingkungan tersebut adalah lingkungan mahasiswa baik di dalam
kampus yang mencakup kegiatan akademiknya dan lingkungan diluar kampus yang
mencakup kehidupannya sebagai perantau.
Di awal tahun kuliah
hingga sekaran(semester IV), saya sering memperhatikan perilaku mahasiswa di
kampus, karena menurut saya selain tempat belajar, manusia didalam kampus itu
sendiri merupakan objek yang menyenangkan untuk dipelajari. saya menangkap
beberapa hal yang secara langsung atau tidak langsung yang menunjukkan
perbedaan antara setiap orang, mencakup tentang dirinya pribadi dan jurusan
atau fakultas yang diambilnya. Secara tidak langsung, hal yang umum menjadi
pengamatan saya adalah penampilan fisik dari sebagian besar mahasiswa setiap
harinya mencerminkan tingkat pemahaman mereka atas pemahaman materi kuliah,
kebiasaan, aktivitas rutin diluar jam kuliah, tren, perkembangan dunia dan
informasi serta budaya konsumtif yang tinggi, yang tampak dari model pakaian,
topik pembicaraan, penampilan fisik, serta gadjet dan kendaraan pendukung.
Menurut saya, mahasiswa dari fakultas Hukum
merupakan kumpulan mahasiswa yang tampak selalu ter-update atas perkembangan
mode dan gaya, diikuti dengan fakultas lain seperti Ekonomi, Fisip (Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik), hingga Pertanian sebagai penutup. Sesungguhnya
pernyataan ini bukan tanpa alasan. Ini dikarenakan sebagian besar dari
mahasiswa fakultas tersebut (Hukum, Ekonomi, dan Fisip) merupakan kumpulan
orang-orang yang lebih dominan berasal dari daerah perkotaan (termasuk
didalamnya ibukota provinsi dan ibukota kabupaten seta kota madya) sehingga
pemahaman mereka terhadap tren dan daya beli mereka lebih besar, karena
pengaruh dari sesama mereka terhadap yang lainnya sangat besar. Berbeda dengan Hukum,
Ekonomi, dan Fisip, mahasiswa dari fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam), FKIP (Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan), Pertanian dan
Teknik adalah mahasiswa yang lebih produktif dalam kegiatan akademis dan
kegiatan organisasi. Saya sering melihat dan bertemu dengan kebanyakan dari
mereka di perpustakaan, atau sibuk berkumpul membicarakan kegiatan organisasi
dan mereka.
Diluar kampus, khususnya
di lingkungan tempat tinggal para mahasiswa pendatang (termasuk daerah
disekitar kampus dimana saya tinggal) secara tidak langsung terdapat perbedaan
yang tampak dari mahasiswa yang berasal dari daerah Ibukota kabupaten, kota
madya, dengan daerah kecamatan dan pedesaan. Hal tersebut salah satunya tampak
dari pola konsumsi sehari-hari. Menurut pandangan saya, umumnya mahasiswa pendatang
yang berasal dari daerah kecamatan dan pedesaan lebih cenderung efisien dan mandiri
dibandingkan mahasiswa dari kabupaten dan kota madya. Salah satunya adalah
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dimana mahasiswa yang berasal dari
daerah kecamatan dan pedesaan lebih sering memproduksi sendiri kebutuhan
konsumsi makan mereka sehari-hari, sedangkan mahasiswa yang berasal dari kota
kabupaten dan kota madya lebih sdering mengambil jatah katering atau makan
lepas di warung makan. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari mahasiswa dari
kecamatan dan pedesaan tersebut telah memiliki pengalaman dan tingkat
kedewasaan yang lebih mandiri dibandingkan masyarakat kabupaten dan kotamadya.
Umumnya mahasiswa dari Kecamatan dan Pedesaan telah lebih berpengalaman, karena
sebelumnya saat SMP dan SMA mereka telah
terbiasa dengan suasana perantauan.
Dari adanya pemahaman atas keadaan tersebut
saya mendapatkan beberapa pengaruh yang besar terhadap diri saya. Sekarang saya
menjadi suka olah raga. lebih sering dan tambah suka mempelajari ilmu lain
selain program utama saya seperti pertanian, sosial budaya, dan sastra serta pendekatan terhadap keagamaan
yang semoga tumbuh positif. Rutinitas saya sehari-harinya mengalami perubahan.
Setidaknya setiap hari saya menghabiskan sekitar satu jam untuk berolahraga, karena sekarang dalam pikiran saya terdapat
suatu faktor motivasi atas pencapaian tujuan yang positif yang tidak terlalu
muluk-muluk, yaitu memiliki tubuh proporsional dan ideal. Hal tersebut tentunya
bukan tanpa alasan, dari suatu buku yang beberapa saat lalu saya baca yaitu
karya Prof. Dr. Siegfried Meryn, di sampul bukunya dia menyatakan bahwa “Tubuh
saya, modal saya, cinta, dan sebuah kehidupan lebih baik”, hal tesebut telah menjadi suatu motivasi
untuk saya agar lebih memperhatikan kesehatan, keadaan diri dan orang lain,
serta pendidikan dan pencapaian tujuan yang positif untuk masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar