Adam Liung

Berbagi Bersama Dalam Membangun Peradaban

Jumat, 23 Desember 2011

BARUKOTO, MARI BER-WISATA KULINER ANEH DALAM BALUTAN KISAH KLASIK



         Sejak sore hari teman-temanku sudah menyusun rencana tentang syukuran dan perayaan ulangtahun salah satu teman kami. Yaps ide brilian, dia mengajak kami merayakan ulang tahunnya dalam balutan aroma sedapnya wisata kuliner. Haha tawaran bagus tak baik untuk dilewatkan. Bingung mengenai lokasi, akhirnya diputuskan bahwa Barukoto adalah destinasi yang tepat untuk perayaan kali ini.

Pasar Brokoto, atau lebih dikenal Barukoto dalam pelafalannya merupakan salah satu pusat lokasi kuliner andalan di kota Bengkulu. Terdapat banyak pilihan jajanan disini.
Tugu Thomas Parr tepat berada di depan pasar Barukoto (bengkulukota.go.id)

Malam ini aku agak sedikit telat datang, haha tak apalah namanya juga undangan perayaan, tak ada aturan khusus untuk datang ontime untuk hal ini. Terdapat unsur kesengajaan disini, karena terdapat pandangan negatif umumnya jika kita datang tepat waktu dalam kegiatan yang berbau santap-menyantap hha.


Hmm kumulai disini. Saat berada disini anda dapat merasakan aura kota lama dari Bengkulu yang sarat akan nilai sejarah. Bagaimana tidak Pasar Barukoto sendiri berlokasi di daerah pesisir, berdekatan dengan benteng kuno peninggalan Inggris, pertokoan tua awal mula tempat etnis tionghoa mulai merintis karir bisnis nya di Bengkulu. Beberapa dekorasi yang menggambarkan kentalnya campur aduk, tarik menarik, dan akulturasi budaya antar berbagai negara, dan suku bangsa dapat anda temui disini. Dibagian depan anda akan menyaksikan tugu Thomas Parr, sebuah bangunan kuno yang dibangun untuk memperingati kematian Thomas Parr, seorang Gubernur Inggris untuk wilahyah ini pada masa itu. Diantara Barukoto dan benteng Malborough anda dapat menyaksikan gerbang besar dengan naga emas yang melilit disetiap sisi pilarnya

Salah satu pedagang di Barukoto
Barukoto diwaktu malam tak lain bak dapur umum terbuka dalam kompetisi kuliner. Hmm, saat masuk semua chef disini tengah sibuk menggoyang spatula dalam panas-nya kuali diatas api kompor yang bersuhu kurang lebih 200o celcius hasilnya, lahirlah beragam aroma yang mampu membuat perut mendendangkan music keroncong-nya. 

Pilihanku jatuh pada kuliner aneh
Agak sedikit ragu menentukan pilihan, karena kulihat teman-teman yang lebih dulu tiba telah menikmati berbagai menu favorit mereka. Soto, Bakso, empek-empek, sate, nasi goreng, sangat banyak pilihan disini. Hmm akhirnya pilihanku jatuh pada kolaborasi hebat, dan penuh warna “Sate ayam aneh with es Serut Campur yang juga aneh”. Aneh, ya aneh menurutku. Jika dimasukkan kedalam spesies atau golongan sate maka sate ini ada di golongan mana??? Ah tak mungkinlah Sate Madura karena pengalamanku mengatakan bahwa sate Madura tak seperti ini. Kuahnya terlalu encer untuk ukuran Sate Madura. Sate Padang apalagi, jauh sekali kekeluargaannya. Inilah mungkin yang disebut sate akulturasi. Terserah chefnya saja, racikannya atau namanya. Disinilah rasa kagum akan keindahan perpaduan wisata sejarah dan kuliner yang kuharapkan agak sedikit pudar. Rasa kulinernya tak terlalu buruk, hanya saja untuk yang kedua kali aku akan berpikir jika akan makan disini. Karena saat aku tahu harga yang harus dibayarkan untuk makanan seperti ini agak tidak sesuai dengan tastenya, tapi tak apalah 9toh ini juga gratis hhe). Sebenarnya aku punya pengharapan positif pada awal kunjunganku dan mengharapkan hubungan baikku tentang Barukoto. Aku berharap dapat menikmati kuliner yang lezat dengan view pemandangan yang berbeda, sarat akan nilai sejarah. Hmm tapi semuanya selalu tak utuh, pengharapanku tak selamanya benar. Tak ada yang sempurna kawan, dan begitulah hidup ini.


Nuansa berbeda akan lebih terasa saat anda mengunjungi Barukoto diwaktu malam bersama sahabat, teman, kolega, dan orang spesial anda