Sejak sore hari teman-temanku sudah menyusun rencana
tentang syukuran dan perayaan ulangtahun salah satu teman kami. Yaps ide
brilian, dia mengajak kami merayakan ulang tahunnya dalam balutan aroma sedapnya
wisata kuliner. Haha tawaran bagus tak baik untuk dilewatkan. Bingung mengenai
lokasi, akhirnya diputuskan bahwa Barukoto adalah destinasi yang tepat untuk
perayaan kali ini.
Pasar Brokoto, atau lebih dikenal Barukoto dalam
pelafalannya merupakan salah satu pusat lokasi kuliner andalan di kota
Bengkulu. Terdapat banyak pilihan jajanan disini.
Tugu Thomas Parr tepat berada di depan pasar Barukoto (bengkulukota.go.id) |
Malam ini aku agak sedikit telat datang,
haha tak apalah namanya juga undangan perayaan, tak ada aturan khusus untuk
datang ontime untuk hal ini. Terdapat unsur kesengajaan disini, karena terdapat
pandangan negatif umumnya jika kita datang tepat waktu dalam kegiatan yang
berbau santap-menyantap hha.
Hmm kumulai disini. Saat berada disini anda
dapat merasakan aura kota lama dari Bengkulu yang sarat akan nilai sejarah.
Bagaimana tidak Pasar Barukoto sendiri berlokasi di daerah pesisir, berdekatan
dengan benteng kuno peninggalan Inggris, pertokoan tua awal mula tempat etnis
tionghoa mulai merintis karir bisnis nya di Bengkulu. Beberapa dekorasi yang
menggambarkan kentalnya campur aduk, tarik menarik, dan akulturasi budaya antar
berbagai negara, dan suku bangsa dapat anda temui disini. Dibagian depan anda
akan menyaksikan tugu Thomas Parr, sebuah bangunan kuno yang dibangun untuk
memperingati kematian Thomas Parr, seorang Gubernur Inggris untuk wilahyah ini
pada masa itu. Diantara Barukoto dan benteng Malborough anda dapat menyaksikan
gerbang besar dengan naga emas yang melilit disetiap sisi pilarnya
Salah satu pedagang di Barukoto |
Pilihanku jatuh pada kuliner aneh |
Agak sedikit ragu menentukan
pilihan, karena kulihat teman-teman yang lebih dulu tiba telah menikmati
berbagai menu favorit mereka. Soto, Bakso, empek-empek, sate, nasi goreng,
sangat banyak pilihan disini. Hmm akhirnya pilihanku jatuh pada kolaborasi
hebat, dan penuh warna “Sate ayam aneh with es Serut Campur yang juga aneh”.
Aneh, ya aneh menurutku. Jika dimasukkan kedalam spesies atau golongan sate
maka sate ini ada di golongan mana??? Ah tak mungkinlah Sate Madura karena
pengalamanku mengatakan bahwa sate Madura tak seperti ini. Kuahnya terlalu
encer untuk ukuran Sate Madura. Sate Padang apalagi, jauh sekali
kekeluargaannya. Inilah mungkin yang disebut sate akulturasi. Terserah chefnya
saja, racikannya atau namanya. Disinilah rasa kagum akan keindahan perpaduan
wisata sejarah dan kuliner yang kuharapkan agak sedikit pudar. Rasa kulinernya
tak terlalu buruk, hanya saja untuk yang kedua kali aku akan berpikir jika akan
makan disini. Karena saat aku tahu harga yang harus dibayarkan untuk makanan
seperti ini agak tidak sesuai dengan tastenya, tapi tak apalah 9toh ini juga
gratis hhe). Sebenarnya aku punya pengharapan positif pada awal kunjunganku dan
mengharapkan hubungan baikku tentang Barukoto. Aku berharap dapat menikmati
kuliner yang lezat dengan view pemandangan yang berbeda, sarat akan nilai
sejarah. Hmm tapi semuanya selalu tak utuh, pengharapanku tak selamanya benar.
Tak ada yang sempurna kawan, dan begitulah hidup ini.
Nuansa berbeda akan lebih terasa saat anda mengunjungi Barukoto diwaktu malam bersama sahabat, teman, kolega, dan orang spesial anda |