Adam Liung

Berbagi Bersama Dalam Membangun Peradaban

Jumat, 01 Juni 2012

Adam, Satu Hal yang Membuatnya Jatuh Bersama Para Titan

Allah menciptakan Hawa untuk menemani Adam yang kala itu merasa sepi, bahkan didalam surga yang tak terperikan indahnya.
Dengan Hawa, takdir Adam tertulis. Bahkan untuknya Surga sebagai harganya.
Hingga ia terhempas, dalam akutnya dunia yang mungkin saat itu dipenuhi para Titan dalam sekuel Yunani kuno.

                Jalanku sedikit berbeda. Aku semester enam sekarang, dan selama itu pula aku hanya bisa merasakan apa yang mungkin Adam Pertama rasakan sebelum Hawa-nya hadir di surga. Yah, untuk seorang mahasiswa masa ini terbilang cukup senior, bahkan untuk suatu status yang sebagian besar orang tak menginginkannya, "Jomblo". Semester pertama perkuliahanku aku memandang optimis hampir semua bagian kehidupan yang akan aku jalani dalam siklus kehidupanku di kampus selama beberapa tahun kedepan, termasuk jatuh cinta, dan melanjutkannya saat gadis yang menyebabkannya berkata iya untuk suatu ikatan hubungan.

                Gadis yang membuatku terpukau, terhanyut, hingga kaki bergetar, mulut terbata, dan semua konsep dipikiran buyar hanya karena melihatnya adalah gadis prodi tetangga yang kulihat saat mendaftar matrikulasi dulu. Efeknya terlalu parah, hingga saat ini aku bisa merasakannya. Tiga tahun harusnya cukup untuk menumbuhkan semak tebu yang dapat menghalangi pandanganku atas dirinya. Namun, tampaknya ada semacam konspirasi antar tiap indra dalam diri untuk berteguh diri mempertahankan posisi nya sebagai yang terbaik.

                Mungkin aku sudah terlalu jauh bermimpi untuk bisa bersamanya. Kenapa? yah jangankan mewujudkannya, untuk membuat ia mengenalku saja butuh waktu yang hingga saat ini belum bisa menjawabnya. Yah, kuakui adalah salahku yang terlalu ciut karena faktor konspirasi otak yang memerintahkan kaki untuk gemetar, mulut untuk terbungkam, dan lidah yang terbata. Dukungan teman tak memberikan efek positif, memperparah mungkin.

               Tapi meski begitu, selama tiga tahun ini ada juga kisah selipan yang kadang mengisi ruang-ruang kosong, atau hanya sebagai cahaya kecil seperti gula-gula yang memaniskan kue pancake ibuku. Dari teman se-jurusanku yang berinisial M, mahasiswi fakultas tetangga yang bernama Y, mahasiswi kesehatan yang berinisial Y, K, F, dan yang terakhir mungkin anak tetangga yang berinisial R.

               Awal masa kuliahku berjalan sebagaimana mahasiswa umumnya, datar dan sedikit bergejolak karena adanya proses pengenalan dan unsur promosi diri. Pada kondisi ini aku tetap terlalu kaku untuk gadis prodi tetangga yang dari awal kuceritakan sebut saja E, haha tidak apalah kawan sedikit identitas untuk melibatkan misteri yang sebenarnya mungkin jika kau googling cepat keluar hasilnya. Namun, masa ini juga memberikan kesempatan bagi kita untuk bisa lebih dekat dengan gadis-gadis dari kandang sendiri. Yah sebenarnya sih gadis-gadis dari prodiku banyak yang menarik, yah meski dalam sudut pandangku tidak sepadan dengan si E. Kondisi ini tetap saja sedikit mengkabutkan pandanganku dengan si E. Dekat dengan M ternyata menjadi sebuah cerita sendiri, M yang cenderung tampil dengan pakaian ketat cukup membuat aku tertarik (yah dalam hal ini mungkin faktor mata dan sisi gelap lebih dominan). Aku sangat dekat dengan M. Mulai dari sms-an hingga ia datang ke kamar ku untuk tidur siang, yah atau semacamnya lah. Ketertarikan atas M mungkin lebih dikarenakan hal negatif yang bercokol saat melihatnya, bukan cinta atau hal seperti itu. Namun, untuk sisi gelap saja ada harga yang harus dibayarkan. Bukan hanya aku yang tertarik, teman kus sebelah kamarku lebih dalam tertarik atasnya. Yah, kompetisi untuk hal ini tidak terlalu tampak sebenarnya, karena itulah aku, terlalu ciut untuk mengakui, atau lebih mirip seperti kucing air, mengaku tidak padahal iya. M tampak agresif untuk seorang gadis, dia tak segan datang sendirian ke kamarku, tidur dikasurku yang bahkan membuat aku melongo tak tahu harus berbuat apa. Tapi pengorbanan teman kos ku ini lebih besar untuk M yang menurutku terlalu berlebihan, hingga membuat aku berfikir untuk menyingkir.

            Masih disemester awal, aku juga aktif mencari link ke teman lain yang berada di Fakultas Hukum. Mahasiswi Hukum terkenal cantik, dan tak salah dengan rekomendasi temanku. Proses berjalan lancar dengan Y, hingga saat aku tahu kalau sebenarnya Y punya kedekatan dengan E yang bahkan sanggup membuat komplikasi kegagalan organ tubuh saat aku melihatnya. Mungkin langkah yang kuambil saat itu adalah salah, yah melepas Y begitu saja dengan kesempatan yang mungkin ada.

               Perubahan drastis mulai aku rasakan di semester empat, aku banyak terlibat dalam kegiatan luar seperti event-event. Aku banyak mengenal mahasiswi dari universitas dan perguruan tinggi lain. Aku mengenal K, Y, dan F hampir berurutan dalam waktu yang cukup singkat. Kedekatan dengan K dan Y seperti halnya M, lebih dikarenakan sisi gelap yang tak diperkenankan bagi seorang muslim. K dan Y hanya bisa menghadirkan dosa karena tentu pikiran kotor yang aku dapatkan jika aku bersama mereka, yah mungkin baik karena tuhan selanjutnya memberiku kesempatan untuk mengenal F. F yang sangat menawan, modis, dan kompleks dalam urusan kecantikan ini tampak sekali memiliki ketertarikan denganku. Yah, akupun demikian, dan tentu saja ini bisa terwujud seandainya aku bukan sebagai orang jahat. Jahat, yah karena saat itu F adalah milik orang lain, meski F sendiri bersedia untuk bermain membelakangi kekasihnya untuk bersama ku, hahaha. Komplikatif!!! Aku tetap menjalaninya dengan kebahagiaan, tak peduli pacar atau kekasi orang lain. Inilah kesempatan pikirku saat itu. Menjalani hubungan dalam bayangan dengan F tak sepenuhnya nyaman. Aku tetap merasa bersalah. Rasa bersalah ini menjadi tertuntaskan saat orang yang dulu saat SMA sempat membuatku seolah menjadi pejuang cinta tersulit hadir ke tempat ku Kuliah. Disini, dalam masa ini cukuplah ceritaku dengan F, karena sosok D seolah menjadi jawaban, padahal nyatanya tidak!!!

                Beberapa bulan kemudian D menemukan pendampingnya yang terus-menerus berganti dan di publish di FB nya, dan aku hanya jadi penonton yang melongo bodoh dan menggerutu, karena pilihannya tak lebih baik dariku (dalam sudut pandangku). Yah aku menulis ini dalam keadaan kesal bercampur emosi yang meluap-luap, melihatnya begitu mesra dengan pasangannya yang terupdate, sedang aku hanya mengenang kisah tentang aku dan dia selama SMA yang meski kumanipulasi tak selalu manis hasilnya.

                Selang libur semester yang cukup panjang aku pulang ke kampung halamanku, dan kalaupun aku mau saat itu banyak kesempatan yang ditawarkan sisi gelap untuk masuk kesana. Aku mengenal M dan lebih bayak lagi dan bertemu dengan N, keluarga jauh yang sedikit ekstrim dengan hubungan pria-wanita. Hahahaha, inilah kesempatan yang mengubah pola pikirku. Aku merasa seolah seorang yang layak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Semuanya hanya selingan.

               Awal semester lima banyak perubahan dan angin segar yang kurasakan. Aku mengenal bule Australia yang membuat aku sempat kesem-sem dengan nya, ahhahaha... mungkin jauh panggang dari api judulnya. Tapi dibalik semua itu aku dekat dengan R, mahasiswi prodi tetangga yang manis, relijius, dan pintar, seperti halnya E. Kedekatanku dengan R dari prodi sebelah ini disertai juga dengan kedekatanku dengan R lain, sahabat temanku dari fakultas Teknik.

              Kedekatanku dengan R dari prodi sebelah terganggu karena klaim sepihak dari teman kelasku yang seenaknya saja menganggap bahwa ia hanyalah yang berhak mendekatinya. Tapi sebenarnya aku tahu R tak memiliki rasa apapun dengannya, karena R terlalu dekat denganku saat itu. R lain tampaknya juga begitu, aku bisa merasakan bahwa R Teknik cukup bisa menerimaku. Nasib berkata lain, mungkin kedua R tak terlalu berjodoh denganku.

              Sekarang aku ada di semseter enam dan poting ini kutulis saat aku merasa sedikit frustasi lantaran kondisi jomblo yang menimpaku. Obrolan kemarin yang memposisikan status kami para jomloers sebagai kaum kelas dua membuatku sepenuhnya mencari tempat curhat, dan kupikir blog adalah tempatnya. Hahahaha, aku tak berharap orang akan membacanya. Aku tak akan mempublish cerita ini seperti tulisanku yang lalu. Kalaupun kau membacanya ini hanyalah keberuntungan atau takdir yang tak disengaja.

             Aku tak sepenuhnya lemah dalam posisi ini, karena sesungguhnya aku hanya berada vdalam kondisi dimana aku punya pilihan yang sesungguhnya tidak terlalu sesuai harapanku.
            Sampai saat ini sebenarnya aku selalu terfokus untuk bergerilya mengamati E, hingga saat terakhir aku bertemu dengannya dalam keadaan aku yang acak-acakan dan tak siap. Sontak saja komplikasi kemacetan organ tubuh terjadi, dan tetap berlangsung hingga saat ini. Aku gagap, bingung, dan mati rasa didekatnya. Tapi tetap saja tak ada arti, karena ia tak mengenalku. Atau meski kenal hanya sebatas samar-samar tak jelas karena pernah bertemu atau terlihat sepintas baginya.
            Dilain pihak D yang sejak SMA menarik bagiku tak pernah menoleh untukku, malah sekarang sedah tamat dari kuliahnya, dan bertunangan dalam status Fb nya. Yah, dalam hal cinta-cintaan aku hanyalah pecundang bodoh yang pantas dibuang kedalam kumpulan para Titan didasar bumi dan palung laut tergelap.

"Kutulis seminggu pas sebelum aku Tiba di Thailand, dan dengan semangat optimis semoga disana Jomblo ku yang akut berakhir". Amiin.







Minggu, 27 Mei 2012

Satu hal komplikatif yang memberikan sensasi seumpama pedas manis dan gurihnya ikan bakar

Ada harapan yang tetap menjadi harapan
Ada harapan yang suatu saat akan diwujudkan
Ada harapan yang bahkan tak pernah diharapkan
Ada mereka yang tak punya harapan
Ada pula mereka yang selalu memegang harapan
Atau Harapan dalam sebungkus nasi ikan

Kawan, inilah ceritaku hari ini.
Punya teman sebaya, kompak dan sedikit nyeleneh adalah salah satu anugerah yang membuat seorang pemuda dengan jalan hidup yang datar-datar saja bisa menghargai jalan hidupnya sebagai salah satu manusia yang mendapat bonus berharga dari Allah. Aku mendapatkan itu, dan aku bersyukur atasnya.
Sekarang aku sudah duduk di smester enam. Cukup senior dengan dua level tingkatan dibawahnya. Sekarang semuanya mulai terasa. Dulu waktu awal semester muda aku dan sebagian besar mahasiswa sebaya ku (untuk cakupan FE khususnya) adalah sekelompok manusia dengan perasaan dan obsesi yang meluap-luap, obsesi yang aneh mulai dari memanjangkan rambut hingga berkelahi dengan senior dalam pertandingan sepakbola. Itulah sepotong cerita diawal masa kuliah kami.

Sekarang sudah semester enam, "aha" inisiatif seorang rekan mendobrak kebosanan yang cukup akut di semester ini. Rencana untuk sedikit merilekskan organ-organ yang  mulai penat lantaran kalimat-kalimat proposal yang mengarat di sendi-sendi kebebasan darah muda kami, "Touring", yaps "ide bagus" ketusku.

 Pujangga yang berorientasi budget

Minggu ini kita punya rencana buat kumpul bareng lagi, sambil jalan ke tempat yang asik plus murah (maklum bro kita kan mahasiswa pada umumnya yang berorientasi budget lol). Bagi kami mahasiswa Bengkulu, tempat asik ya daerah wisata. Umumnya sih wisata di kisaran Provinsi Bengkulu didominasi wisata sejarah dan alam yang cukup fresh. Nah si bro ngajak kita buat jalan ke Kemumu, tuh salah satu daerah favorit bagi wisatawan lokal (kalo aku prediksi sih ini lantaran kasus F, finansial maksudnya).

Secara singkat sih menurut informasi yang dikombinasiin dengan foto yang udah lama terpajang dikamar kos ku Kemumu itu ya semacam air terjun kecil yg ga bkl asik2 bgt. Ini lantaran foto yg tujuh bulan lalu aku pungut dari sisa-sisa stan Dinas Pariwisata pasca dihantam badai itu nunjukin kalo air terjunnya itu kelihatan ga asik, kecil. "Ah ini mah pancoran, di dusun nenekku jg ada" sisi gelapku berestim

Akhirnya hari H tiba, para pujangga yang berorientasi budget bin kere pun menancap gas. Perjalanan selama hampir dua setengah jam dengan pemandangan pantai yang curam, landai, unik dan mencekam pun kami temui.

Batu Balai, gundukan tanah yang mirip cake yummi


Salahsatu daerah yang menurutku sangat menarik sepanjang perjalanan kami adalah Batu Balai. Berjarak kira-kira 45 menit dari kota Bengkulu, daerah ini cukup setimpal dengan waktu dan pengorbanan untuk mencapainya. Batu Balai merupakan gundukan tanah yang terkikis oleh gempuran ombak yang kuat, lantaran si ombak ga berenti2 gempur jadi deh gundukannya kesisa setumpuk di tengan laut. Debur ombak yang menggaum dibawah tebing yang super curam, ditambah lagi tebing dengan reruntuhan tanah yang terabrasi semakin menyinggung hati kita buat cepet-cepet sadar, soalnya kalo aku sih langsung kebayang gimana kalo sampe jatuh ke air yang menyeruak berbuih-buih kayak sarang naga laut timur itu. Alih-alih mau nolong, orang mungkin lebih mau kalo disuruh baca surat Yasin. Kalo diperhatiin sih gundukan tanah yang terasing ditengah laut itu malah lebih mirip cake dari Amerika yang full kolor, eh fullcolour maksud ku, alias penuh warna kalo saudara/i pembaca agak ga kuat sama bahasa asing. Emang aku tau dari mana?? ya gini-gini aku juga punya tmen dari Amrik bro. Batu Balai emang recomended bgt bro. View yg aduhai, hembusan angin yang melambai-lambai dan mendayu-dayu, sajian kelapa muda, serta nuansa tenang yang mampu merefresh lagi otak yang udah kesempel sama uneg-uneg dan kebosanan.

Perjalanan berlanjut, tarikan gas tetap stabil dan semangat seiring dengan tarikan gas. Akhirnya kami tiba di kota sepi, ARMI, eh Arma.
Yaps aku sempat menduga kalo kota ini didiami zombie yang bercasing pocong, yang ngebuat orang lari ninggalin nih kota. Tapi buru-buru pikiran itu ku buang. Arma emg sedikit mirip kayak  kota  yg sepi ditinggal penduduknya lantaran ada virus berbahaya. Tapi lagi-lagi pikiran ini kubuang karena dugaanku salah. Mungkin emg Arma sepi, simpulku, dan perkiraan ini tetap kupegang.
Di Arma kami berhenti sejenak untuk menyiapkan akomodasi kawanan. Namun lagi-lagi, lantaran faktor F, para pujangga harus bahu membahu menopang akomodasi.
Eng-Ing-Eng, Ikan bakar,  ayam kuah yang bohai dan beberapa spesies unik makanan lainnya berhasil kami rekrut dari dana yang terbatas.
Sumpah ni tempat sejuk bgt masbro, view ny bagus, trus jangan ga nyebur deh rugii
Langsung aja setelah akomodasi terpenuhi para pujangga ini menuju TKP, eh destinasi tujuan (emg kriminal pke2 TKP). Kemumu, berjarak sekitar 15 menit dari kota zombie, dengan kontur jalanan yang menanjak, vertikal, 35 derajat (wuihh bhasanya kaya ahli navigasi aja) dengan view persawahan dan pemuda kampung yang pacaran diantaranya, dan anehnya hanya hitam-hitam kepalanya yang terlihat. Hati bertanya sedang apa gerangan???

Ah, kembali lagi ke tokoh utama kita. Para pujangga akhirnya tiba di gerbang Kemumu. Ternyata praktik sunat-menyunat bin korupsi sudah dimulai oleh orang-orang kampung di tempat wisata yang harusnya mampu menjadi salahsatu sektor yang menunjang pendapatan daerah ini. Ckckckck, dasar kau karedok basi. Padahal harusnya retribusi itu dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pembangunan fasilitas yang lebih baik lagi, agar kedepannya para wisatawan yang akan datang berkunjung

Setelah menuruni tangga seribu (yang ternyata setelah ku hitung cuma 200 tingkat), para pujangga terseok-seok ke tepian sungai untuk bersiap memenuhi kebutuhan alamiah mereka, MAKAN!!! 


Memang setelah sejauh itu menempuh perjalanan, sesuai dengan kepuasan dalam nuansa yang dibundel di sebungkus nasi ikan bakar ini. Nuansa tenang, gemericik air sungai, embun dari air terjun, serta kawanan pujangga yang seperti Hyena pasca puasa Romadon  membuat momen yang dinikmati saat ini jadi cerita asik yang layak dikenang suatu hari nanti
Nyebur dulu bro 

Pujangga lapar bak kawanan Hyena pasca puasa

Sabtu, 12 Mei 2012

I'm not Nobita but I live with doraemon. He's still in my mind, and I'm the luckly person who ever knowing Doraemon.

I'm not Nobita but I live with doraemon. He's still in my mind, and I'm the luckly person who ever knowing Doraemon.


Inilah awal kisahku hari ini
Setelah lelah hari ini berkeliling2 aku terbaring diatas kasur empukku. Kubuka lagi koleksi komik2 lama ku, nongol deh si Doraemon.
Jadi ingt dulu waktu kecil, aku seneng banget ditemenin sama si Doraemon dalam seri-seri petualangan atau seri-seri stripnya. Dulu waktu kecil aku selalu ngerasa kalo aku ini adalah perwujudan Nobita, hahahaha iya, emang agak aneh sih.
Aku emang ditakdirin jadi kayak Nobita kali ya. Menjadi sosok yang berorientasi minus. Hahahahha, kalo diibaratkan etalase, aku dulu mungkin etalase yg kurang recomended gitu.
Waktu masih kecil aku punya kelompo2 aneh yg rada2 geng gitu, namanya Games Star. Hhhhe banyak kisah unik inspiratif kalo aku ngenang cerita-cerita lama.
Karena keseringan terlibat dengan Doraemon dan anime lain kaya Digimon, Gundam sampe Baja Hitam n Poweranger mindset aku tu bahkan bisa dibilang agak melenceng dari anak2 umumnya. Aku sneng banget sama karakter Naga, Angel, sama Monster2 yg aneh. Doraemon dkk punya tanggung jawab besar nih hehehe.
Karena itu, buat ngekspresiin itu aku sering buat gambar2 yang sambil ngegambar itu aku bercerita tentang fantasi yg muter2 di dalam nih otak. Yah, bagi ank2 yg RAM ny agak kurang ga nangkap deh imajinasi yg coba kusalurkan.
Kadang inspirasi itu muncul pasca aku baca edisi2 petualangannya Doraemon atao nonton Digimon dkk.
Pernah dulu waktu abis baca komik Petualangannya si Doraemon aku jadi bertingkah gila. Iya, waktu itu kelas 5 SD kalo ga salah. Petualangan yang dimuat dikomik aku coba realisasikan sama tmen2. Aku ajak mereka buat ngelakuin perjalanan nemuin pulau terpencil yg dalam pikiranku waktu itu ada harta karunnya. Kami berangkat pagi2, bawa ransel, kaya mau pergi jauh gitu. Yaps waktu itu kalo g salah perjalanan dimulai jam 6an. Dngan alibi mau jalan2 aku sama partner2ku kabur bawa perlengkapan yang kita kira perluin
aku: Chiki, Chitos, Jetzet 1 paket kali ya, rada2 lupa
Yoga (waktu itu menjabat wakil 1): Bawa tabungan rutin ny 
Rangga dikarenakan dia yg pling kecil diantara kami dia menjabat wakil 2 dan merangkap anak buah: Si Rangga ini malah bawa hal-hal remeh temeh yang ga perlu, bahkan ngerepotin sangatdhhhhhh. karet gelang, paku, dan yang paling parah,Sampah dalam perutnya AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGGGHHHHHHHHHHHHH...........................................
Pada jarak 1 KM pertama perjalanan berjalan lancar, 2 KM, 3 KM pun masih stabil. Perjalanan berubah saat kami memasuki jarak tempuh 4-5 KM. Berjalan sejauh ini untuk anak2 semi perumahan kaya kami emg terbilang cukup berat sih. Pada tahap ini aku mulai bersikap selayaknya seorang jendral besar yang mengambil kebijakan penting untuk pasukannya. Sayangnya, kebijakan yang kuambil waktu itu dinilai sangat merugikan rakyat. Aku selaku pemimpin memutuskan untuk membeli kebutuhan perjalanan dan akomodasi kami dengan dana yang tak pernah dianggarkan sebelumnya. Yoga, pecahkan celenganmu. Itu perintahku. HHHHAAAAA
Semi otoriter mungkin ya, tapi mau bagaimana lagi si Yoga tak bisa mengelak saat Rangga berkilah bahwa ia ga bawa perlengkapan apaun kecuali karet gelangnya.
Akhirnya dengan berat hati si Yoga ngeluarin celengannya. Langsung saja sekejab kebudian aku bertindak cepat dengan mengeluarkan jurus penghancur tabungan, pukul dengan batu. Alhasil buyarlah si celengan. Sebenarnya saat itu aku agak sadis sih, dan rada2 ga tahan lihat mata si Yoga yg udah berkaca-kaca meratapi si celengan. Tapi mau gimana lagi yah, inikan demokrasi, dan suara orang banyak memenangkannya.
Segera saja sejurus kemudian Rangga yang kuperintahkan membawa akomodasi yang kami perlukan. Aqua satu botol besar, dan donat serta snack2 yg ga muncul di iklan.
Jarak tempuh 6-7 KM solidaritas kami mulai diuji. Yoga wakil 1 mulai memberontak. Dia mengajak Rangga untuk mengkudeta ku. Sayangnya, Rangga yang memiliki hubungan kekeluargaan jauh-tapi dekat (atau mungkin takut yah) lebih memilih untuk memihakku. Perpecahan terjadi diantara kami. Sejurus kemudian si Yoga berlari meninggalkan kami. Tapi kami tetap berlalu melanjutkan perjalanan.


Namun jam makan siang sudah tiba, dan kami hanya bisa terpelongo saat sadar bahwa masing2 dari kami tak membawa uang sepeserpun, sialan. Untunglah snack yg udah kusiapin sbelumnya mampu mengganjal sepuluh persen dari kuota perut anak2 seumuranku, atau mungkin lebih ya.
Rangga mulai merengek minta pulang. Disini, dalam kondisi ini aku terdesak. Kredibilitas kepemimpinanku dipertaruhkan. Rengekan Rangga semakin menjadi-jadi. Sampah didalam perutnya membuat kondisi pada waktu itu menjadi lebih rumit.
Akhirnya aku mengambil keputusan yang berat, CANCELLING THE JOURNEY!!!!! OMG, tokai sirangga FINALLY HAS COME. Bau yg menyengat membuat perjalanan pulang kami jadi penuh bau.
hahahhaha dan  ini adalah hal yang ngebuat masing2 dari kita jadi ketawa kalo kumpul lagi.


Masa kecilku sangat bahagia, aku bangga sempat merasakannya. Tapi sekarang aku merasa lebih bahagia. Karena Allah memberikan semua kebaikan yang menurutnya terbaik untukku.

Jumat, 23 Desember 2011

BARUKOTO, MARI BER-WISATA KULINER ANEH DALAM BALUTAN KISAH KLASIK



         Sejak sore hari teman-temanku sudah menyusun rencana tentang syukuran dan perayaan ulangtahun salah satu teman kami. Yaps ide brilian, dia mengajak kami merayakan ulang tahunnya dalam balutan aroma sedapnya wisata kuliner. Haha tawaran bagus tak baik untuk dilewatkan. Bingung mengenai lokasi, akhirnya diputuskan bahwa Barukoto adalah destinasi yang tepat untuk perayaan kali ini.

Pasar Brokoto, atau lebih dikenal Barukoto dalam pelafalannya merupakan salah satu pusat lokasi kuliner andalan di kota Bengkulu. Terdapat banyak pilihan jajanan disini.
Tugu Thomas Parr tepat berada di depan pasar Barukoto (bengkulukota.go.id)

Malam ini aku agak sedikit telat datang, haha tak apalah namanya juga undangan perayaan, tak ada aturan khusus untuk datang ontime untuk hal ini. Terdapat unsur kesengajaan disini, karena terdapat pandangan negatif umumnya jika kita datang tepat waktu dalam kegiatan yang berbau santap-menyantap hha.


Hmm kumulai disini. Saat berada disini anda dapat merasakan aura kota lama dari Bengkulu yang sarat akan nilai sejarah. Bagaimana tidak Pasar Barukoto sendiri berlokasi di daerah pesisir, berdekatan dengan benteng kuno peninggalan Inggris, pertokoan tua awal mula tempat etnis tionghoa mulai merintis karir bisnis nya di Bengkulu. Beberapa dekorasi yang menggambarkan kentalnya campur aduk, tarik menarik, dan akulturasi budaya antar berbagai negara, dan suku bangsa dapat anda temui disini. Dibagian depan anda akan menyaksikan tugu Thomas Parr, sebuah bangunan kuno yang dibangun untuk memperingati kematian Thomas Parr, seorang Gubernur Inggris untuk wilahyah ini pada masa itu. Diantara Barukoto dan benteng Malborough anda dapat menyaksikan gerbang besar dengan naga emas yang melilit disetiap sisi pilarnya

Salah satu pedagang di Barukoto
Barukoto diwaktu malam tak lain bak dapur umum terbuka dalam kompetisi kuliner. Hmm, saat masuk semua chef disini tengah sibuk menggoyang spatula dalam panas-nya kuali diatas api kompor yang bersuhu kurang lebih 200o celcius hasilnya, lahirlah beragam aroma yang mampu membuat perut mendendangkan music keroncong-nya. 

Pilihanku jatuh pada kuliner aneh
Agak sedikit ragu menentukan pilihan, karena kulihat teman-teman yang lebih dulu tiba telah menikmati berbagai menu favorit mereka. Soto, Bakso, empek-empek, sate, nasi goreng, sangat banyak pilihan disini. Hmm akhirnya pilihanku jatuh pada kolaborasi hebat, dan penuh warna “Sate ayam aneh with es Serut Campur yang juga aneh”. Aneh, ya aneh menurutku. Jika dimasukkan kedalam spesies atau golongan sate maka sate ini ada di golongan mana??? Ah tak mungkinlah Sate Madura karena pengalamanku mengatakan bahwa sate Madura tak seperti ini. Kuahnya terlalu encer untuk ukuran Sate Madura. Sate Padang apalagi, jauh sekali kekeluargaannya. Inilah mungkin yang disebut sate akulturasi. Terserah chefnya saja, racikannya atau namanya. Disinilah rasa kagum akan keindahan perpaduan wisata sejarah dan kuliner yang kuharapkan agak sedikit pudar. Rasa kulinernya tak terlalu buruk, hanya saja untuk yang kedua kali aku akan berpikir jika akan makan disini. Karena saat aku tahu harga yang harus dibayarkan untuk makanan seperti ini agak tidak sesuai dengan tastenya, tapi tak apalah 9toh ini juga gratis hhe). Sebenarnya aku punya pengharapan positif pada awal kunjunganku dan mengharapkan hubungan baikku tentang Barukoto. Aku berharap dapat menikmati kuliner yang lezat dengan view pemandangan yang berbeda, sarat akan nilai sejarah. Hmm tapi semuanya selalu tak utuh, pengharapanku tak selamanya benar. Tak ada yang sempurna kawan, dan begitulah hidup ini.


Nuansa berbeda akan lebih terasa saat anda mengunjungi Barukoto diwaktu malam bersama sahabat, teman, kolega, dan orang spesial anda

Sabtu, 17 Desember 2011

Angkringan Sebagai Suatu Usaha Prospektif




Pernahkah anda mengamati lingkungan sekitar anda? Atau seberapa seringkah anda memperhatikan lingkungan sekitar anda? Setidaknya, sebagai seorang mahasiswa kita setidaknya kita harus memiliki rasa tanggap atas keadaan lingkungan sekitar kita, dikarenakan hal tersebut memberikan proporsi yang cukup besar dalam pembentukan kepribadian kita. Sebagai mahasiswa yang berbasis program studi Ekonomi Manajemen yang sebagian besar mahasiswa nya lebih diarahkan pada kemandirian untuk dapat membuka lapangan kerja baru, kita harus mampu menangkap peluang yang muncul disekitar kita.
Berdasarkan hasil pemantauan dari kelompok kami, terhadap keadaan disekitar lingkungan universitas Bengkulu dan universitas lain pada umumnya, jumlah mahasiswa yang tinggal disekitarnya memiliki proporsi yang besar atas jumlah total populasi disekitar lingkungan tersebut.
Berdasarkan beberapa pengamatan yang dilakukan baik disengaja maupun tidak, data-data dari internet, dan dari berbagai media informasi massa seperti televisi dan koran, kehadiran mahasiswa sebagai pendatang ini telah mampu membangkitkan siklus perekonomian disekitar daerah tersebut. Beberapa diantaranya  adalah warung makan dan jasa foto copy. Kedua usaha ini sangat mudah dijumpai di sekitar lingkungan luar kampus. Adalah hal yang sangat manusiawi karena sebagai hakekatnya manusia membutuhkan makanan sebagai sumber kebutuhan primer, dan begitupun mahasiswa membutuhkan usaha percetakan atau foto copy sebagai media penunjang kegiatan akademis mereka.
Secara umum mahasiswa adalah sekelompok orang yang bersifat protektif dan konservatif terhadap keadaan finansialnya. Hal ini dikarenakan dukungan dana yang telah dialokasikan oleh pihak pendukung kegiatan akademis mereka (umumnya orangtua) memiliki batasan tertentu, yang biasanya hanya cukup untuk kebutuhan pokok dan kegiatan akademis mereka. Oleh sebab itu umumnya mahasiswa akan lebih memilih tempat yang lebih mendukung efisiensi biaya sebagai tempat pemenuhan kebutuhannya. Sebagai contoh perbedaan harga disetiap warung makan akan menimbulkan pengaruh besar terhadap jumlah kunjungan mahasiswa perharinya. Salah satu contohnya adalah Salah satu warung makan di sekitar daerah Unib Belakang, yang menawarkan harga yang terjangkau dan relatif lebih murah dibanding yang lainnya memiliki jumlah pelanggan yang lebih besar dibanding yang lainnya. Oleh sebab itu terkadang pernyataan “Harga yang pertama, rasa berikutnya” sangat umum ditemui pada mahasiswa.
Menyadari akan adanya potensi ini, maka kelompok kami telah memutuskan bahwa dengan membuka usaha yang bergerak dalam pemenuhan kebutuhan pokok bagi orang-orang disekitar kampus, merupakan suatu langkah yang prospektif untuk maju. Berdasarkan informasi yang kami peroleh dari pengamatan, pengalaman, dan pembelajaran, usaha Angkringan ala Jogja-Solo merupakan langkah positif sebagai bisnis awal yang prospektif. Adalah hal yang umum jika mahasiswa sangat peka terhadap harga, senang berkumpul, menginginkan nuansa yang ramah serta nuansa yang berbeda, dan pangsa pasar ini tentu saja tidak terfokus untuk mahasiswa saja seperti warung makan umumnya.
Bisnis angkringan memiliki suatu konsep yang mungkin dianggap masih baru didaerah Bengkulu. Peluang yang muncul adalah dari kebiasaan sebagian orang yang senang menghabiskan waktunya untuk berkumpul bersama teman dan koleganya, nongkrong, atau untuk menonton pertandingan sepak bola bersama. Warung makan tentunya dinilai kurang pas sebagai tempat untuk berkumpul untuk menghabiskan waktu,  sedangkan jalan-jalan di mal tentunya terfokus pada tempat-tempat yang bersifat memiliki tarif menengah ke atas. Konsep yang ditawarkan bisnis angkringan ini sesungguhnya mudah yaitu: Kemurahan untuk loyalitas. Di tengah mencekiknya harga makanan dan mencari tempat kongkow yang nyaman, angkringan makin ramai dilirik orang. Mereka menjadi pilihan karyawan, mahasiswa, pegawai, pengayuh becak, pejabat sampai kalangan artis (kalimat ini disadur dari sumber bisnis franchise Angkringan Ki Asem). Dengan mengutamakan kemurahan harga, keramahan dan status tempat yang nyaman, angkringan tumbuh subur didaerah seperti Jogjakarta dan Solo. Terdapat suatu motivasi bijak, Bill Gates, Boss Microsoft Corp. pernah berkata : Jika Anda ingin sukses dan dikenal banyak orang, Anda harus senang dan gembira memberikan sesuatu hal baru kepada semua orang, walaupun Anda belum pasti tahu apa imbalan yang akan Anda terima. Berfikir positif kedepan dan membangun citra diri Anda secara baik dan menjalin kerjasama kepada semua orang adalah hal luar biasa dan spektakuler untuk menciptakan kebebasan finansial Anda sendiri !
Terdapat beberapa alasan kuat yang mendukung upaya kelompok kami dalam membuka bisnis angkringan yang didukung dari pernyataan beberapa pemilik Angkringan yang pernah kami kunjungi di beberapa tempat di Jogjakarta yaitu:
-          Harganya relatif lebih murah, dimulai dari Rp. 500,- hingga Rp. 4.000,-.
-          Nuansa yang ditawarkan adalah keakraban dan keramahan
-          Karena dijalankan dengan konsep perkembangan berkelanjutan oleh pihak yang berpendidikan, diharapkan angkringan bisa eksis dan berguna bagi pembukaan lapangan kerja.
-          Hal ini akan menimbulkan kesan positif kepada para pengunjungnya untuk kembali dan mengajak lebih banyak orang lagi.

Atau, secara lebih sederhana rician rencana bisnis kelompok kami adalah sebagai berikut:
1.     Suatu bisnis atau usaha kecil menengah (UKM) yang bergerak di bidang kuliner yang menawarkan harga murah
2.    Selain harga murah, keramahan dan keakraban sebagai tempat yang cocok untuk menghabiskan waktu bersama teman dan kolega, seperti nongkrong dan menonton pertandingan bola.
3.    Pasar nya ditujukan terutama untuk mahasiswa dan orang-orang pada umumnya, yang sering mencari tempat yang nyaman untuk berkumpul.
4.    Modal untuk usaha ini relatif murah  berkisar antara delapan juta-an Rupiah.
5.    Berprinsip keuntungan bukan didapat dari harga yang terlalu mahal, tetapi bagaimana konsumen bisa menjadi loyal dan kembali membawa lebih banyak orang.
Hal-Hal yang Perlu Disiapkan untuk Memulai Usaha Ini:
1.     Keyakinan dan kesiapan dari diri sendiri untuk memulai melakukan realisasi bisnis ini
2.    Membuat konsep dan perancangan usaha beserta risiko yang mungkin timbul
3.    Mengumpulkan atau mencari dana sebagai pendukung usaha ini (Dana dapat berupa dana patungan antar pendiri usaha, atau pinjaman bunga lunak seperti yang ditawarkan oleh Universitas Bengkulu melalui Program Mahasiswa Wirausaha).
4.    Menentukan tempat yang strategis dan potensial
5.    Explorasikan seluruh pengalaman dan hobi ke dalam bisnis
6.    Berdayakan dan kuatkan jaringan untuk mengembangkan bisnis
7.    Jalankan bisnis dengan penuh amanah
8.    Jalankan bisnis Anda dengan penuh dedikasi dan taggung jawab yang tinggi (professional)
9.    Kepuasan konsumen adalah hal yang utama
10. Keramahan dan keakraban adalah termasuk hal utama yang selalu diperhatikan
11.  Promosi, baik secara manual maupun dengan media.



MLM Sebagai Usaha Menggiurkan yang Nyatanya Merugikan


Saat mendiskusikan tugas ini, kelompok kami telah merembukkan bahwa kami akan mengangkat permasalahan yang umum terjadi pada remaja yang termotivasi pada kesuksesan instan meski tanpa pertimbangan secara matang, dan merupakan salah satu contoh umum yang pernah kami temui dilingkungan sekitar mengenai pengalaman rekan-rekan kami yang mengalami kerugian setelah mengikuti usaha Multi Level Marketing atau lebih dikenal dengan MLM. Berdasarkan pengalaman beberapa teman kami yang pernah mengikuti bisnis ini, awalnya mereka mendapatkan suatu dorongan yang berupa iming-iming atas pengembalian modal yang cepat melalui bisnis MLM ini.
 Berdasarkan pengalaman dari teman-teman kami tersebut, awalnya mereka diajak oleh beberapa orang yang cukup dekat dengan mereka baik teman sendiri ataupun kenalan dari teman lain untuk mengikuti bisnis MLM ini. Bisnis MLM yang diikuti oleh teman kami ini bergerak dalam usaha penjualan pulsa, atau sejenis itu. Anggota baru yang ingin bergabung diwajibkan menyetor sejumlah uang, yang katanya sebagai biaya untuk mengurus asuransi, biaya registrasi awal, dan hal tetek bengek lainnya. Dengan rayuan penuh dan meyakinkan orang tersebut mempengaruhi teman kami hingga ikut bergabung dalam usaha tersebut. Dikarenakan memakai sistem bertingkat-tingkat, maka setiap orang dapat bergabung dengan menempatkan dirinya pada tingkat yang rendah sebaai seorang pendatang.
Untuk mendapatkan keuntungan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Menurut kesaksian teman kami, usaha MLM yang diikutinya hanyalah memperkaya pihak atas. Setelah lama bergabung ia baru menyadari bahwa sistem yang terjadi dalam organisasi bisnis yang diikutinya hanyalah bertujuan untuk mengalirkan dana yang didapat dari setiap anggota baru hingga ke manajemen puncak, tetapi dengan ada pembagian sedikit pada setiap tingkatannya. Awalnya peserta baru diajnjikan bimbingan untuk mendapatkan keuntungan dari sistem kerja organisasi ini. Namun ternyata setelah bergabung mereka cenderung dilepas dan menyebabkan mereka yang memiliki sedikit permasalahaan atas kemampuan berkomunikasi dengan orang lain menjadi tidak bisa bergerak, dan akhirnya malah menderita kerugian karena sistem yang diterapkan adalah mengajak orang lain dengan mengalirkan dana yang dimilikinya, tanpa adanya usaha riil.

DAMPAK LINGKUNGAN DEMOGRAFIS TERHADAP KEHIDUPAN SAYA


Dalam mata kuliah manajemen pemasaran beberapa waktu lalu, mahasiswa yang mengikuti kelas  tersebut diberikan beberapa tugas, yang salah satunya meminta kepada mahasiswa yang bersangkutan untuk menjelaskan dampak dari salah satu komponen lingkungan makro terhadap dirinya. Pada kesempatan kali ini saya memilih untuk menjelaskan dampak dari pengaruh lingkungan demografis sebagai salah satu dari komponen lingkungan makro terhadap diri saya pribadi, karena menurut saya hal ini lah yang memberikani proporsi yang cukup besar terhadap perkembangan diri saya.
Menurut beberapa ahli, pemahaman terhadap kondisi  diri sendiri atas beberapa perbedaan yang sangat manusiawi tentunya dapat membantu menghantarkan diri kita pada satu tingkat kebijaksanaan. Jika Andrea Hirata dalam salah satu novelnya menyinggung  salah satu teori Einstein tentang relativias, yang dapat dianalogikan pada hidup yang berjalan seperti gerbong kereta diatas relnya, yang digempur oleh pengalaman-pengalaman yang diumpamakan sebagai cahaya yang melesat-lesat. Analogi eksperimen tersebut tidak lain karena kecepatan cahaya bersifat sama dan absolut, sedangkan waktu relatif, tergantung dengan kecepatan gerbong. Maka, pengalaman yang sama dapat menimpa siapa saja, namun sejauh mana, dan secepat apa pengalaman yang sama tadi memberi pelajaran pada seseorang, hasilnya akan berbeda, relatif satu sama lain.
Sejak dulu saya suka mengamati kehidupan dan orang-orang didalamnya, hal tersebut sangat menarik bagi saya pribadi, sehingga hal ini terkadang membuat saya sering memproduksi berbagai teori pribadi yang tetap menjadi privasi saya atas keadaan seseorang. Dalam kasus yang saya alami, adalah umum jika keadaan pasca bangku sekolah sering menyebabkan goncangan psikologi pada banyak orang. Menurut saya terdapat lima peran yang dijalani oleh teman-teman saya dan remaja pada umumnya pasca bangku sekolah. Pertama adalah mereka yang belum siap menghadapi keadaan tersebut mereka bingung terhadap langkah yang akan diambil, karena sebelumnya terlalu terlena oleh rutinitas non-produktif semasa sekolah, sehingga hal tersebut malah membumerang bagi kelangsungan hidup mereka, menyebabkan mereka menjadi pengangguran yang setiap harinya hidup dengan digerogoti keputusasaan dan pesimisme menatap masa depan. Kedua adalah mereka yang kebanyakan kembali mengikuti jalan yang dianut oleh orangtuanya, meski sebagian tanpa keahlian khusus yang dimiliki, mulai dari petani dan pedagang kecil, pekerja serabutan hingga kuli bangunan. ketiga adalah mereka yang mendapatkan pekerjaan dengan tingkat UMR yang wajar atau agak mendekatinya–lah. Mereka adalah teman-temanku yang bekerja menjadi pegawai honorer, serta bekerja pada industri-industri di kota-kota besar atau ibukota provinsi, seperti di palembang. Keempat adalah beberapa orang cukup beruntung (yang termasuk aku didalamnya), karena orangtuanya memiliki persiapan untuk masa depan anak-anaknya dengan memilih untuk melanjutkan mereka ke Perguruan Tinggi  Negeri  ataupun Swasta (meskipun itu pas-pasan). Kelima adalah teman-temanku yang mendapatkan peran superior, dengan status sosial yang dijanjikan secara instan. Hanya saja upaya yang dilakukan  orangtua mereka agak lebih ekstrim, dibutuhkan dongkrak dengan nilai nominal yang cukup besar untuk mendapatkan peran yang satu ini. Dengan kesamaan pandangan antara orangtua dan anak, bahwa memasukkan anaknya ke institusi pemerintah,  seperti Pegawai Negeri Sipil, serta Akademi kepolisian dan Militer merupakan investasi yang sangat menjamin.
Saya sangat menyukai peran baru ini, sebagai seorang mahasiswa pada lingkungan baru yang didalamnya terdapat orang-orang dengan komposisi  berbeda, baik berupa sifat dan prilaku yang sangat beragam, berasal dari berbagai daerah serta suku yang berbeda. Semenjak menjadi mahasiswa, pola hidup saya pun mengalami banyak perubahan, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Terdapat dua lingkungan yang menurut saya sangat menarik untuk diamati dikarenakan lingkungan tersebut memberikan banyak sekali pembelajaran dan pengalaman bagi saya. Kedua lingkungan tersebut adalah lingkungan mahasiswa baik di dalam kampus yang mencakup kegiatan akademiknya dan lingkungan diluar kampus yang mencakup kehidupannya sebagai  perantau.
Di awal tahun kuliah hingga sekaran(semester IV), saya sering memperhatikan perilaku mahasiswa di kampus, karena menurut saya selain tempat belajar, manusia didalam kampus itu sendiri merupakan objek yang menyenangkan untuk dipelajari. saya menangkap beberapa hal yang secara langsung atau tidak langsung yang menunjukkan perbedaan antara setiap orang, mencakup tentang dirinya pribadi dan jurusan atau fakultas yang diambilnya. Secara tidak langsung, hal yang umum menjadi pengamatan saya adalah penampilan fisik dari sebagian besar mahasiswa setiap harinya mencerminkan tingkat pemahaman mereka atas pemahaman materi kuliah, kebiasaan, aktivitas rutin diluar jam kuliah, tren, perkembangan dunia dan informasi serta budaya konsumtif yang tinggi, yang tampak dari model pakaian, topik pembicaraan, penampilan fisik, serta gadjet dan kendaraan pendukung.
 Menurut saya, mahasiswa dari fakultas Hukum merupakan kumpulan mahasiswa yang tampak selalu ter-update atas perkembangan mode dan gaya, diikuti dengan fakultas lain seperti Ekonomi, Fisip (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik), hingga Pertanian sebagai penutup. Sesungguhnya pernyataan ini bukan tanpa alasan. Ini dikarenakan sebagian besar dari mahasiswa fakultas tersebut (Hukum, Ekonomi, dan Fisip) merupakan kumpulan orang-orang yang lebih dominan berasal dari daerah perkotaan (termasuk didalamnya ibukota provinsi dan ibukota kabupaten seta kota madya) sehingga pemahaman mereka terhadap tren dan daya beli mereka lebih besar, karena pengaruh dari sesama mereka terhadap yang lainnya sangat besar. Berbeda dengan Hukum, Ekonomi, dan Fisip, mahasiswa dari fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), FKIP (Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan), Pertanian dan Teknik adalah mahasiswa yang lebih produktif dalam kegiatan akademis dan kegiatan organisasi. Saya sering melihat dan bertemu dengan kebanyakan dari mereka di perpustakaan, atau sibuk berkumpul membicarakan kegiatan organisasi dan mereka.
Diluar kampus, khususnya di lingkungan tempat tinggal para mahasiswa pendatang (termasuk daerah disekitar kampus dimana saya tinggal) secara tidak langsung terdapat perbedaan yang tampak dari mahasiswa yang berasal dari daerah Ibukota kabupaten, kota madya, dengan daerah kecamatan dan pedesaan. Hal tersebut salah satunya tampak dari pola konsumsi sehari-hari. Menurut pandangan saya, umumnya mahasiswa pendatang yang berasal dari daerah kecamatan dan pedesaan lebih cenderung efisien dan mandiri dibandingkan mahasiswa dari kabupaten dan kota madya. Salah satunya adalah dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dimana mahasiswa yang berasal dari daerah kecamatan dan pedesaan lebih sering memproduksi sendiri kebutuhan konsumsi makan mereka sehari-hari, sedangkan mahasiswa yang berasal dari kota kabupaten dan kota madya lebih sdering mengambil jatah katering atau makan lepas di warung makan. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari mahasiswa dari kecamatan dan pedesaan tersebut telah memiliki pengalaman dan tingkat kedewasaan yang lebih mandiri dibandingkan masyarakat kabupaten dan kotamadya. Umumnya mahasiswa dari Kecamatan dan Pedesaan telah lebih berpengalaman, karena sebelumnya saat SMP  dan SMA mereka telah terbiasa dengan suasana perantauan.
 Dari adanya pemahaman atas keadaan tersebut saya mendapatkan beberapa pengaruh yang besar terhadap diri saya. Sekarang saya menjadi suka olah raga. lebih sering dan tambah suka mempelajari ilmu lain selain program utama saya seperti pertanian, sosial budaya, dan  sastra serta pendekatan terhadap keagamaan yang semoga tumbuh positif. Rutinitas saya sehari-harinya mengalami perubahan. Setidaknya setiap hari saya menghabiskan sekitar satu jam untuk berolahraga,  karena sekarang dalam pikiran saya terdapat suatu faktor motivasi atas pencapaian tujuan yang positif yang tidak terlalu muluk-muluk, yaitu memiliki tubuh proporsional dan ideal. Hal tersebut tentunya bukan tanpa alasan, dari suatu buku yang beberapa saat lalu saya baca yaitu karya Prof. Dr. Siegfried Meryn, di sampul bukunya dia menyatakan bahwa “Tubuh saya, modal saya, cinta, dan sebuah kehidupan lebih baik”,  hal tesebut telah menjadi suatu motivasi untuk saya agar lebih memperhatikan kesehatan, keadaan diri dan orang lain, serta pendidikan dan pencapaian tujuan yang positif untuk masa depan.