Adam Liung

Berbagi Bersama Dalam Membangun Peradaban

Sabtu, 12 Mei 2012

I'm not Nobita but I live with doraemon. He's still in my mind, and I'm the luckly person who ever knowing Doraemon.

I'm not Nobita but I live with doraemon. He's still in my mind, and I'm the luckly person who ever knowing Doraemon.


Inilah awal kisahku hari ini
Setelah lelah hari ini berkeliling2 aku terbaring diatas kasur empukku. Kubuka lagi koleksi komik2 lama ku, nongol deh si Doraemon.
Jadi ingt dulu waktu kecil, aku seneng banget ditemenin sama si Doraemon dalam seri-seri petualangan atau seri-seri stripnya. Dulu waktu kecil aku selalu ngerasa kalo aku ini adalah perwujudan Nobita, hahahaha iya, emang agak aneh sih.
Aku emang ditakdirin jadi kayak Nobita kali ya. Menjadi sosok yang berorientasi minus. Hahahahha, kalo diibaratkan etalase, aku dulu mungkin etalase yg kurang recomended gitu.
Waktu masih kecil aku punya kelompo2 aneh yg rada2 geng gitu, namanya Games Star. Hhhhe banyak kisah unik inspiratif kalo aku ngenang cerita-cerita lama.
Karena keseringan terlibat dengan Doraemon dan anime lain kaya Digimon, Gundam sampe Baja Hitam n Poweranger mindset aku tu bahkan bisa dibilang agak melenceng dari anak2 umumnya. Aku sneng banget sama karakter Naga, Angel, sama Monster2 yg aneh. Doraemon dkk punya tanggung jawab besar nih hehehe.
Karena itu, buat ngekspresiin itu aku sering buat gambar2 yang sambil ngegambar itu aku bercerita tentang fantasi yg muter2 di dalam nih otak. Yah, bagi ank2 yg RAM ny agak kurang ga nangkap deh imajinasi yg coba kusalurkan.
Kadang inspirasi itu muncul pasca aku baca edisi2 petualangannya Doraemon atao nonton Digimon dkk.
Pernah dulu waktu abis baca komik Petualangannya si Doraemon aku jadi bertingkah gila. Iya, waktu itu kelas 5 SD kalo ga salah. Petualangan yang dimuat dikomik aku coba realisasikan sama tmen2. Aku ajak mereka buat ngelakuin perjalanan nemuin pulau terpencil yg dalam pikiranku waktu itu ada harta karunnya. Kami berangkat pagi2, bawa ransel, kaya mau pergi jauh gitu. Yaps waktu itu kalo g salah perjalanan dimulai jam 6an. Dngan alibi mau jalan2 aku sama partner2ku kabur bawa perlengkapan yang kita kira perluin
aku: Chiki, Chitos, Jetzet 1 paket kali ya, rada2 lupa
Yoga (waktu itu menjabat wakil 1): Bawa tabungan rutin ny 
Rangga dikarenakan dia yg pling kecil diantara kami dia menjabat wakil 2 dan merangkap anak buah: Si Rangga ini malah bawa hal-hal remeh temeh yang ga perlu, bahkan ngerepotin sangatdhhhhhh. karet gelang, paku, dan yang paling parah,Sampah dalam perutnya AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGGGHHHHHHHHHHHHH...........................................
Pada jarak 1 KM pertama perjalanan berjalan lancar, 2 KM, 3 KM pun masih stabil. Perjalanan berubah saat kami memasuki jarak tempuh 4-5 KM. Berjalan sejauh ini untuk anak2 semi perumahan kaya kami emg terbilang cukup berat sih. Pada tahap ini aku mulai bersikap selayaknya seorang jendral besar yang mengambil kebijakan penting untuk pasukannya. Sayangnya, kebijakan yang kuambil waktu itu dinilai sangat merugikan rakyat. Aku selaku pemimpin memutuskan untuk membeli kebutuhan perjalanan dan akomodasi kami dengan dana yang tak pernah dianggarkan sebelumnya. Yoga, pecahkan celenganmu. Itu perintahku. HHHHAAAAA
Semi otoriter mungkin ya, tapi mau bagaimana lagi si Yoga tak bisa mengelak saat Rangga berkilah bahwa ia ga bawa perlengkapan apaun kecuali karet gelangnya.
Akhirnya dengan berat hati si Yoga ngeluarin celengannya. Langsung saja sekejab kebudian aku bertindak cepat dengan mengeluarkan jurus penghancur tabungan, pukul dengan batu. Alhasil buyarlah si celengan. Sebenarnya saat itu aku agak sadis sih, dan rada2 ga tahan lihat mata si Yoga yg udah berkaca-kaca meratapi si celengan. Tapi mau gimana lagi yah, inikan demokrasi, dan suara orang banyak memenangkannya.
Segera saja sejurus kemudian Rangga yang kuperintahkan membawa akomodasi yang kami perlukan. Aqua satu botol besar, dan donat serta snack2 yg ga muncul di iklan.
Jarak tempuh 6-7 KM solidaritas kami mulai diuji. Yoga wakil 1 mulai memberontak. Dia mengajak Rangga untuk mengkudeta ku. Sayangnya, Rangga yang memiliki hubungan kekeluargaan jauh-tapi dekat (atau mungkin takut yah) lebih memilih untuk memihakku. Perpecahan terjadi diantara kami. Sejurus kemudian si Yoga berlari meninggalkan kami. Tapi kami tetap berlalu melanjutkan perjalanan.


Namun jam makan siang sudah tiba, dan kami hanya bisa terpelongo saat sadar bahwa masing2 dari kami tak membawa uang sepeserpun, sialan. Untunglah snack yg udah kusiapin sbelumnya mampu mengganjal sepuluh persen dari kuota perut anak2 seumuranku, atau mungkin lebih ya.
Rangga mulai merengek minta pulang. Disini, dalam kondisi ini aku terdesak. Kredibilitas kepemimpinanku dipertaruhkan. Rengekan Rangga semakin menjadi-jadi. Sampah didalam perutnya membuat kondisi pada waktu itu menjadi lebih rumit.
Akhirnya aku mengambil keputusan yang berat, CANCELLING THE JOURNEY!!!!! OMG, tokai sirangga FINALLY HAS COME. Bau yg menyengat membuat perjalanan pulang kami jadi penuh bau.
hahahhaha dan  ini adalah hal yang ngebuat masing2 dari kita jadi ketawa kalo kumpul lagi.


Masa kecilku sangat bahagia, aku bangga sempat merasakannya. Tapi sekarang aku merasa lebih bahagia. Karena Allah memberikan semua kebaikan yang menurutnya terbaik untukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar